Senin, Februari 29

Ilmu Sebelum Bersyahadat

 
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Syahadat adalah proses yang sangat penting dan diutamakan dalam kehidupan manusia di alam dunia ini,terutama bagi yang mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya untuk menuju keselamatan dunia dan akherat.
Segala sesuatu amal perbuatan hendaklah diketahui ilmunya terlebih dahulu agar selanjutnya mudah menjalankannya dan tidak sesat atau menyesatkan.
Kalimat syahadat merupakan kalimat sederhana tetapi mengandung makna yang sangat mendalam dan merupakan syarat utama tentang baik/buruknya amal ibadah kita selanjutnya. Karna itu sangat penting kita memahami tentang segala sesuatu dengan ilmunya.

Allah SWT berfirman, “Maka ILMUILAH (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19) 

Untuk menempuh jalan keselamatan dalam kehidupan dibutuhkan suatu kunci sebagai pembuka kemudahan dalam menuju keridhoan Ilahi, Dunia ini bagaikan sebuah pintu gerbang menuju neraka atau kesurga,dan pemegang kunci pintu gerbang tersebut adalah diri kita masing-masing.Dan hendak kita gunakan untuk membuka pintu gerbang yang manakah kunci tersebut?


Apakah kunci tersebut ?

Kuncinya sangat sederhana,bukan terbuat dari besi,tembaga,perak,kuningan atau emas dan tak perlu butuh biaya besar untuk membuat/mencari kunci tersebut,sebab jalan keselamatan pada hakekatnya murah meriah tapi banyak manusia yang tidak suka ,akan tetapi manusia lebih suka kepada sesuatu yang mahal,padahal yang mahal belum tentu menjamin kualitas produk iman yang baik.

Dari Zaid bin Arqam Radiallahu-Anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda ,“Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah dengan ikhlas, dia akan dimasukkan ke dalam syurga.”(HR.At-Thabrani)

Sebagaimana sabda Nabi tersebut bahwa kunci surga adalah Laa Ilaha Illallah ,tapi apakah begitu mudahnya hanya dengan mengucapkan  Laa Ilaha Illallah kita akan masuk surga ?...Tentu tidaklah demikian!

Lalu Rasulullah menegaskan harus disertai keikhlasan ,Nah keihklasan yang seperti apakah itu ?

Kemudian Sahabat bertanya lagi, “Bagaimanakah yang dimaksudkan dengan ikhlas itu? Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Ikhlas itu ialah yang mencegah dari melakukan perbuatan-perbuatan yang haram”.(HR. At-Thabrani)

SYAHADAT= SYAHNYA DAT,Yaitu mensyahkan Dat (jasad/raga),maksudnya diri kita telah bertekad untuk mensyahkan,memurnikan serta mengikhlaskan diri kita untuk Islam(Penyerahan diri secara total).
Tingkatan perbuatan yang paling haram diantara yang haram adalah perbuatan syirik dan merupakan perbuatan dosa terbesar yang tidak di ampuni sebagaimana fiman-Nya;

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah MENGHARAMKAN  kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (QS.Al-Ma'idah: 72)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS.An-Nisaa': 48)   


Sebelum penjelasan berikutnya alangkah lebih baik kita mengetahui dulu tentang ilmunya bersyahadat yang meliputi beberapa persyaratan utama,yaitu :


1.Ilmu
Artinya memahami makna dan maksudnya ,yaitu ketika orang yang bersyahadat haruslah memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya.Kesaksian yang dilakukannya adalah kesaksian antara dirinya dengan perilakunya,dimana perilaku tersebut menafikan bahwa tujuan ibadah hanya ditujukan secara murni kepada Allah SWT ,bukan pada tuhan-tuhan duniawi,dan mengisbatkan bahwa dirinya hanya meminta pertolongan dan menyerahkan segala hidupnya kepada Allah SWT.
  
2. Ikhlas. 
Setelah kita mengetahui Ilmunya ,maka langkah selanjutnya adalah keikhlasan didalam hati,sebab suatu ilmu yang tidak didasari keikhlasan tidak akan memberikan kebaikan. Dan didalam keikhlasan inilah yang kelak akan menumbuhkan suatu keyakinan terhadap apa yang dipelajari dan dipahaminya.
  
3.Yaqin (yakin). 
Berikutnya apabila kita tadi ikhlas untuk menerima ilmu serta memahaminya,maka akan timbulah keyakinan yang tidak goyah dan benar-benar telah menyatu kedalam dirinya. Sehingga akan benar-benar mampu merealisasikan makna syahadat didalam kehidupannya.

Allah SWT  berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu(Yakin) ..." (QS.Al-Hujurat: 15) 
  

4. Qobul (menerima). 
Setelah keyakinan kokoh,maka ia pun akan menerima segala konsekwensi terhadap apa yang telah diikrarkannya. Apabila ia   mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'atinya, maka ia termasuk orang-orang  yang ingkar terhadap ikrarnya sendiri,dan menganggap ikrarnya tersebut hanya sebagai main-main atau suatu ucapan seperti syair tanpa makna. 

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. Ash-Shafat: 35-36)   


5.Shidq (jujur). 
Setelah kita mau menerima segala konsekwensinya,maka selanjutnya perilaku kita hendaknya Jujur,yaitu jujur pada diri sendiri terhadap ucapan yang diikrarkan dengan perilaku yang mencerminkan makna syahadat tersebut.

Allah SWT berfirman: "Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS.Al-Baqarah: 8-10) 


6. Mahabbah (kecintaan). 
Hal yang utama perlu ditumbuhkan didalam hati adalah kecintaan kepada apa yang diikrarkannya(Syahadat) yaitu Allah SWT dan Rasul-Nya.Dengan kekuatan cinta maka manusia akan rela/bersedia taat,tunduk,patuh dan takut akan kehilangan ataupun takut mendapat amarah dari yang dicintainya.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad Saw), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Ali-Imran : 31)
"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS.Al-Baqarah: 165)  


7.Inqiyaad (Tunduk dan Patuh).
Yang terakhir adalah Tunduk/Patuh ,yaitu dengan memegang konsekwensi syahadat yang telah diikrarkannya dengan jalan Taqwa ,dan tidak ada lagi berbagai macam alasan untuk melanggar/menentang-Nya.

Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." (QS.Luqman: 22) 

Ada beberapa fase/tingkatan seorang hamba apabila benar-benar mampu menyatukan,menyelaraskan antara ikrar syahadat dan perbuatannya,yaitu :

- Laa ma'buda bi haqqin Illallaah ; hatinya akan terbuka bahwa dialam dunia ini ada yang menciptakan,dan akan mentauhidkan serta memposisikan kedudukkan antara seorang hamba dengan Sang Penciptanya dengan benar,dan menjauhi segala perbuatan syirik duniawi. Sebab melalui perilakunya ia akan mencerminkan sikap haq hanya kepada Allah Sang Pencipta tempat bergantung segala sesuatu dalam kehidupan ini.

- Laa maqsudaa Illallaah ; Sikap/perilaku ini tumbuh seiring dengan memurnikan ibadah dirinya kepada Allah SWT,sehingga apapun yang dilakukannya hanyalah untuk tujuan mendapatkan keridhoan-Nya.

-Laa ma'ujudaa Illallah ; Suatu tingkatan penghambaan tertinggi apabila seorang hamba sudah dapat memandang dengan hatinya bahwa segala sesuatu yang tergelar dialam semesta ini adalah sebagai wujud adanya Allah,sehingga apapun yang dilihat,dilakukan,dan dirasakannya sebagai perwujudan dari satu kesatuan keberadaan dan keagungan Allah SWT.

Maka dia tidak lagi memandang pada makhluk tetapi yang dia pandang adalah hakekat keberadaan Allah,dengan demikian tiada lagi pada perilakunya yang buruk,sebab apabila dia menyakiti sesama makhluk ciptaan-Nya sama saja dengan menyakiti Allah SWT.

Sifat manusia seperti ini ;
-akan selalu mensucikan dengan mencerminkan sikap SUBHANALLAH
-akan selalu bersyukur dengan mencerminkan sikap ALHAMDULILLAH
-akan selalu memurnikan tauhidnya dengan mencerminkan sikap LAA ILAHA ILLALLAH
-akan selalu mengagungkan Sang pencipta dengan mencerminkan sikap ALLAHU AKBAR
-akan hilanglah segala kesombongan dengan mencerminkan sikap LAA HAWLA WALA QUWATA
-Dan ia akan menyadari bahwa kehidupan didunia hanya persinggahan,maka ia akan tawakal dan mencerminkan sikap INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI'UUN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar