Minggu, Januari 31

Kalam al-Habib Abu Bakar as-Seggaf (shohibul haul)

“Ketahuilah, baju kalian yang mengenalkan kalian, yang mana jalan yang baik dan yang mana jalan yang buruk. Sebagai contoh: Kalian jika memakai pakaian para salaf kalian, apakah kalian akan masuk ke tempat orang yang lupa kepada Allah…? Tidak mungkin…!!! Jadi, yang mencegah kalian duduk dengan mereka adalah baju. Sedangkan jika kalian pakai pakaian selain pakaian salaf kalian dan kalian meninggalkan perangai mereka, lalu kalian melewati Majelis Ilmu atau Rauhah, apa kalian akan hadir dan masuk ke majelis-majelis mereka…? Tidak mungkin…!! Dan, yang menjadi penyebab penghalang kalian pada tempat yang baik adalah baju.”

 

“Kalian wahai pemuda, tidak akan mengerti Tawadlu’ kecuali jika kalian hadir semisal majelis ini (Majelis Ta’lim) akan tetapi selagi kalian lari dan melarikakan diri dari majelis-majelis yang kalian lihat, kalian tidak akan mendapatkan apa-apa khususnya kalian wahai para pemuda..”
“Dzikir adalah penghasil sebuah cahaya dalam hati. Dan di kala berdzikir terkadang terdapat rasa panas yang di hasilkan oleh sebab darah yang di masak dan di bersihkan. Tatkala sudah bersih maka dengan mudah bertempat cahaya-cahaya tersebut pada tempatnya.”
“Allah, Allah Fil Masjidi Seggaf, Solo…! Kalian jaga dan makmurkan dengan sholat jamaah. Ketahuilah adanya masjid ini adalah ni’mat bagi kalian wahai penduduk Solo. Tidak ada masjid yang seperti Masjid Seggaf ini, karena mendapat kekhususan dari Nabi Shallallahu ‘Alayh Wa Sallam. Ketika kita putus asa dan ada rasa malas dalam membangunnya, Nabi Shallallahu ‘Alayh Wa Sallam berkata: ‘Bangkit dan bangunlah karena aku ikut serta bersamamu.’”
“Selagi penduduk daerah atau desa saling menyambung tali silaturahmi dan saling menanamkan rasa kasih sayang, tidak ada pertikaian di antara mereka, tidak saling hasud dan membenci. Maka semua bala’ yang harus turun tertahan di antara langit dan bumi bertahan bertahun-tahun. Sebagai gantinya di taburkan keberkahan dalam kehidupan mereka berkah dari rasa kasih sayang mereka. Akan tetapi, jika mereka saling membenci dan hasud di antara mereka maka menjadi penyebab jebolnya dinding penahan antara mereka dan bala’ tersebut. Maka segala macam musibah dan mala petaka silih berganti menghujani mereka, karena jika turun bala’ rata semua terkena tapi rahmat khusus.”
“Siapa saja dalam keadaan penuh kesusahan dan dalam kesempitan atau kesumpekan serta banyak pikiran hendaknya melazimi doa ini: Laisa lahaa minduunillahi kaasyifa 100 kali. Ketahuilah barangsiapa yang rajin membacanya insya Allah hilang semua rasa sumpek dan Allah akan ganti dengan kelapangan, ketenangan, jalan keluar serta kebahagian.”
“Dalam bersahabat hendaknya saling menjatuhkan haknya atas orang lain. Jangan sekali-kali meminta hak persahabatanya terhadap teman, jika ada hal ini maka persahabatan kalian akan kekal dan akan timbul rasa saling bahu membahu.”
“Jika seseorang menambah atau mengurangi jumlah hitungan atau menambah dalam doa yang sudah di tentukan, maka tidak akan mendapatkan kekhususan dari wirid atau doa tersebut. Karena doa atau wirid seperti kunci jika di tambah atau di kurangi gigi kuncinya, tidak akan dapat di gunakan membuka pintu.”
“Hendaknya seseorang tidak meninggalkan dzikir walaupun dalam keadaan bekerja atau dalam rutinitasnya. Karena berdzikir memungkinkan untuk di lakukan dalam hal tersebut berbeda dengan amal-amal yang lain, perlu waktu dan batas yang khusus. Ketahuilah, hati jika kosong dari dzikir menjadi gelap, sebab hati yang sepi dari dzikir seperti rumah yang tidak ada lampunya. Dzikir adalah pendekat kalian kalian kepada Allah Ta’laa. Setiap dzikir memiliki pancaran cahaya yang sangat terang dalam hati juga sangat memberikan bekas dalam menerangi hati.”
“Tiga perkara yang sepatutnya manusia tidak peduli dan tidak merasa malu pada siapapun.
Suatu majelis yang tidak cocok dengannya maka berdirilah dan jangan kalian hadiri. Makanan yang berbahaya, jangan kau makan. Jika berkata seorang guru atau orang terkemuka padamu di suatu majelis:“Masuklah atau majulah kedepan…!” Atau apapun perintah yang serupa dengan itu, maka jangan sampai kamu berkata, “Yang lain saja, masih ada yang lebih mulia dariku..” Akan tetapi, taati perkataan mereka karena seorang guru atau orang yang terkemuka mereka lebih tahu siapa yang pantas ke depan................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar