Adapun kecohan, tipuan serta ajakan setan terhadap manusia agar meninggalkan ibadah kepada Allah ada 7 macam jalan :
[1] Setan melarang manusia agar jangan taat kepada Allah.
Orang-orang yang dipelihara Allah, akan menolak ajakan itu dan akan
berkata : “Aku sangat butuh sekali kepada pahala dari Allah, karena itu
aku harus mempunyai bekal dari dunia untuk akhirat yang kekal abadi.”
[2] Setan mengajak manusia untuk menunda taat. Nanti saja atau kalau sudah tua, dan sebagainya. Orang-orang yang terpelihara akan menolaknya dengan mengatakan
: “Ajalku bukan pada tanganku. Jika aku mengundur amal hari ini untuk
esok, maka amal hari esok kapan aku kerjakan? Padahal tiap-tiap hari
mempunyai amal tersendiri.”
[3] Sewaktu-waktu setan mendorong manusia supaya buru-buru
mengerjakan amal baik dengan amat segera seraya berkata : “Ayo
cepat-cepat beramal, supaya engkau dapat memburu amal lainnya.” Orang-orang yang selamat tentu menolak dan berkata : “Amal yang sedikit tapi sempurna lebih baik daripada amal banyak tapi tidak sempurna.”
[4] Setan itu lalu menyuruh manusia supaya mengerjakan amal baik
dengan sempurna sebab kalau tidak sempurna nanti dicela oleh orang lain.
Orang-orang yang terpelihara tentu menolaknya dan akan berkata : “Untuk saya, cukup dinilai oleh Allah saja dan tidak ada faedahnya beramal karena manusia.”
[5] Setelah itu setan menancapkan perasaan dalam hati orang yang
beramal dengan mengatakan : “Betapa tingginya derajatmu dapat beramal
shalih dan betapa pula cerdikmu dan kesempurnaanmu.” Orang-orang yang baik akan menjawab
: “Semua keagungan dan kesempurnaan itu kepunyaan Allah, bukan kekuatan
atau kekuasaanku. Allah-lah yang memberi taufiq kepadaku untuk dapat
mengerjakan amal yang Ia ridhai dan memberikan ganjaran yang besar
dengan karunia-Nya. Jika sekiranya tanpa karunia Allah, maka apalah
harganya amalku ini dibandingkan dengan banyaknya nikmat Allah kepadaku.
Di samping dosaku yang banyak pula.”
[6] Setelah jalan kelima gagal, maka setan mengajukan jalan keenam.
Jalan ini lebih hebat dari yang telah disebut tadi, dan tidak akan bisa
awas terhadapnya kecuali orang yang cerdik dan hidup pikirannya. Setan
itu berkata mendesuskan di hati manusia : “Bersungguh-sungguhlah engkau
beramal dengan sirr, jangan diketahui oleh manusia sebab Allah
jualah yang akan mendzahirkan amalmu nanti terhadap manusia dan akan
mengatakan bahwa engkau seorang hamba yang ikhlas.” Setan
mencampur-baurkan terhadap setiap orang yang beramal dengan amal
tipuannya yang halus sekali. Dengan ucapannya itu setan bermaksud untuk
memasukkan sebagian dari penyakit riya.
Orang-orang yang terpelihara oleh Allah menolak ajakan setan itu dengan mengatakan :
“Hai Mal’un (yang dilaknat) tiada henti-hentinya engkau menggodaku
untuk merusak amalku dengan rupa-rupa jalan. Dan sekarang engkau
berpura-pura seolah-olah akan memperbaiki amalku, padahal maksudmu untuk
merusaknya. Aku ini hamba Allah, dan Allah Swt yang telah
menjadikan aku. Kalau Allah Swt berkehendak mendzahirkan amalku atau
menyembunyikannya, kemudian menjadikan aku mulia atau hina, ini adalah
urusan Allah. Aku tidak gelisah apakah amalku itu diperlihatkan oleh
Allah kepada manusia atau tidak, karena itu bukan urusan manusia.”
[7] Setelah setan gagal menggoda dengan jalan keenam, maka ia
menggoda lagi dengan jalan ketujuh dengan mengatakan : “Hai manusia,
tidak perlu engkau menyusahkan dirimu untuk beramal ibadah, karena
engkau jika telah ditetapkan oleh Allah pada zaman azali dan dijadikan
makhluk yang bahagia, maka tidak akan menjadikan madharat apa-apa bagi
engkau untuk meninggalkan amal. Engkau akan tetap menjadi orang yang
bahagia. Sebaliknya jika engkau dikehendaki Allah menjadi orang yang
celaka, maka tidak ada gunanya lagi engkau beramal dan tetaplah engkau
celaka.”
Orang-orang yang terpelihara oleh Allah akan menolak godaan ini dengan mengatakan : “Aku
ini seorang hamba dan berkewajiban menurut perintah Tuhanku. Tuhan Maha
Mengetahui. Menetapkan sekehendak-Nya. Dan berbuat apa saja yang
dikehendaki-Nya. Amalku tetap akan bermanfaat, walau bagaimanapun
keadaanku. Jika aku dijadikan seorang yang berbahagia, aku
tetap perlu beribadah untuk menambah pahala. Dan jika aku dijadikan
seorang yang celaka, aku tetap harus beramal ibadah, supaya tidak
menjadi penyesalan bagi diriku meninggalkan amal itu. Jika sekiranya aku
dimasukkan ke neraka padahal aku taat, maka aku lebih senang daripada
jika aku dimasukkan neraka karena aku maksiat. Tetapi tidak akan
demikian keadaannya karena janji Allah pasti terjadi dan firman-Nya
pasti benar. Allah telah menjanjikan kepada siapa yang beramal taat kepada-Nya akan diberi ganjaran.
Siapa-siapa yang meninggal dunia dalam keadaan beriman dan taat kepada
Allah tidak akan dimasukkan ke neraka dan pasti akan dimasukkan ke
surga. Jadi masuknya seseorang ke surga bukanlah karena kekuatan amalnya, tetapi karena janji Allah semata yang pasti dan suci.”
“Minhajul Abidin-Imam Al Ghazali,Menuju Mukmin Sejati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar